Oleh: Ramdan
Nugraha
Kali ini ingin sekali ku menangis
Menyaksikan saudara sesama muslim saling
menghakimi
Menghujat dengan dalil multi-tafsir sebagai alat
legitimasi
Memonopoli Surga dan nilai-nilai munafik duniawi
Mengapa Islam sehancur ini?
Ada sebagian korban sejarah yang dibangun dari
hasrat kekuasaan
Yang puncaknya adalah pembantaian Shiffin
Menciptakan dua golongan yang di adu atas dasar
fanatisme terhadap pemimpin
Dimana nilai ajaran Muhammad kala itu?
Sudahkah terkubur bersama kain kafannya didekat
Nabawi?
Atau mungkin dicuri ke Barat dan Amerika?
Tuhan boleh jadi lebih merestui mereka melanjutkan
misi kenabian tanpa wahyu
Dimana akal dan kedamaian bisa lebih tumbuh subur
dengan masyarakatnya yang sehat kalbu
Lalu di negeri ku “dibebani” dengan jumlah muslim
yang sangat gemuk
Gemuk jumlahnya namun miskin moralnya, jauh pula
kualitas akalnya
Mereka tetap bangga karena menjadi muslim
Meski kehadirannya di muka bumi sebagai perusak
dan penumpah darah sesama
Mereka lupa “Islam datang dari keterasingan dan
akan kembali terasing, maka beruntunglah mereka yang asing karena merekalah
yang akan membenahi segala macam perkara”
Muslim di negeri ku bukanlah golongan asing,
Mengenal mereka mudah sekali,
Berebut antrian,
Memaki perbedaan,
Berpenampilan Sunan,
Percaya diri membiarkan kemiskinan,
Tak ingat mati ketika korupsi,
Poligami ketika hasrat hewani tak terpenuhi,
Namun jangan kita kira Islam telah mati,
Aku masih menyaksikan beberapa diantaranya bekerja
dengan rupiah tak seberapa
Namun tetap bersahaja dan mendidik keluarga penuh
suka cita
Mereka tak terjebak oleh nafsu dunia berkedok agama
Atau menambah wanita demi pemenuhan raga yang fana
Mereka masih ada meski tinggal satu atau dua.
Sekali lagi aku optimis meski lebih sering pesimis
“negeri ini belumlah mati, hanya sedang koma dan
masih ada harapan bangkit”
Begitulah kata salah seorang pemimpin pewaris
nilai-nilai ke-nabi-an
Ketika Islam memusuhi kemanusiaan, mengkafirkan
sesama saudara, menghujat perbedaan pandang, mengasingkan korban sejarah gelap dari
perebutan kekuasaan, menelantarkan fakir dan miskin, membangun KHILAFAH dengan FITNAH dan ME-MONOPOLI SURGA dengan dakwah yang menciptakan sekat-sekat yang
memisahkan, lalu membunuh makhluk Tuhan atas nama Tuhan itu sendiri,
Maka saat itulah yang paling tepat kita ucapkan;
Wassalam Islam!
Aku percaya cahaya itu masih ada, belum padam
hingga hari pembalasan tiba.
Kuncinya jelas dan Tuhan pun berkali-kali
mengatakan:
“beramal shalih, menyeru kepada yang makruf (baik)
dan menjauhi yang munkar (jahat nan asing)”