Tuesday, 1 December 2015

Aku, Bung Karno, dan Palangka Raya

Oleh: Ramdan Nugraha



Pengalaman mengunjungi Palangka Raya yang merupakan Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah ketika saya menjadi utusan dari tempat saya bekerja untuk mengikuti pelatihan internasional, memberi kenangan tersendiri yang terasa berbeda dan menjadi alasan terciptanya rindu setelahnya. Ada dua tempat menarik dan bersejarah di Kota Tambun Bungai yang akrab menjadi sebutan khas kota cantik ini.

Tempat pertama adalah Sungai Kahayan yang menjadi salah satu destinasi wisatawan baik lokal maupun internasional. Di sekitar kawasan sungai Kahayan masih terdapat rumah-rumah warga yang dibangun diatas lahan gambut yang genangan airnya cukup tinggi. Rumah tersebut disangga menggunakan bambu-bambu yang menurut salah saeorang warga disana, kekuatan bambu itu sangat kuat dan tahan terhadap guncangan atau gempa.


Salah satu cerita tentang sungai Kahayan yang secara turun temurun disampaikan baik kepada warga setempat dan juga kepada wisatawan adalah bagi mereka yang datang ke Palangka Raya dan tidak sempat meminum air dari sungai Kahayan, maka dipercaya orang atau wisatawan tersebut akan datang kembali ke Palangka Raya. Cerita yang sangat menarik yang seakan memberikan nilai mistis tersendiri tentang arti “rindu” terhadap kota ini. Selain itu, kemungkinan paling rasional adalah ketika anda sudah pernah mengunjungi Palangka Raya, maka akan sangat sulit untuk melupakan kota cantik di pulau Kalimantan ini.

Selain itu, terdapat jembatan sepanjang kurang lebih 640 meter yang terbentang diatas sungai Kahayan yang menghubungkan satu tepi ke tepi lainnya dan menjadi tempat lalu lintas antar kecamatan di Palangka Raya. Sekilas jembatan ini terlihat seperti jembatan-jembatan di negara lain yang populer seperti San Fransisco Bridge di Amerika.


Destinasi yang kedua adalah Tugu Bung Karno yang terletak tidak jauh dari Universitas Muhammadiyah Palangka Raya yang merupakan salah satu Universitas Terbaik di Kalimantan. Disana kita akan melihat jejak sejarah yang menjadi saksi atas perjalanan seorang yang besar dan berjasa bagi Indonesia yaitu bung Karno yang diabadikan dalam bentuk patung raksasa setinggi kurang lebih enam meter. Patung Bung Karno ini merupakan bagian dari Tugu Peletakan Batu Pertama oleh Presiden Soekarno pada tanggal 17 Juli 1957 yang menurut informasi dari penduduk setempat Tugu tersebut merupakan titik tengah kota Palangka Raya dan lokasinya tepat dihadapan patung Bung Karno yang sedang menunjukkan jari tangan kanannya ke arah titik tersebut.


Dari berbagai informasi yang saya baca, Tugu Soekarno ini terdiri dari tujuh belas pilar yang bermakna sebagai senjata untuk berperang melawan panjajah serta melambangkan hikmah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tugu Api yang melambangkan semangat yang tidak akan pernah padam untuk membangun dan menjaga kedaulatan Indonesia. Bentuk tugu segi lima merepresentasikan filosofis dasar Pancasila.


Berdasarkan banyak informasi sejarah, Soekarno yang menjadi presiden Indonesia pertama itu pernah menetap di Palangka Raya dan memiliki rencana untuk memindahkan Ibu Kota Indonesia (Jakarta) ke Palangka Raya berdasarkan alasan demografis dan berbagai aspek lainnya yang sangat mendukung. Namun rupanya tidak ada pemimpin pasca Bung Karno wafat yang mengkaji ulang rencana Sang Proklamator yang menjadi mercusuar Asia itu. Terlepas dari itu semua, Palangka Raya tetaplah menjadi kota cantik yang menjadi medan magnet bagi warga Indonesia dan juga dunia untuk datang berkunjung dan merasakan atmosfer kota yang pernah dijejaki oleh seorang berwibawa nan jenius bernama Soekarno yang kontribusinya kita rasakan hingga detik ini dan nanti.

No comments: