Oleh: Ramdan Nugraha
Ya Allah Sang pemilik
akal dan ke-ilmu-an yang akan selalu ku syukuri
Jagalah hati ku dalam
teologi
Biarkan rasio ku
memahami kalam-Mu
Terkadang aku mencium
wangi dari kiri
Saat bersamaan ku
rasakan kesucian dari kanan
Tapi TELAAH tak pernah lelah
dia menunjukkan
kepalsuan yang banyak memonopoli kebenaran
Juga pemberontakan dari
ke-tidakyakin-an
Kini pijakan ku mulai
tertatih di tengah kebimbangan
bukan karena pembenaran
mana yang menjadi kiblat monotafsir pemikiran
tapi pada memberi
pendirian yang adil terhadap keduanya yang selalu bertentangan
Aku bukanlah seorang Westomania!
Bukan pula seorang Salafi paripurna!
Namun aku adalah bagian
dari keduanya
Yang mengawinkan yang
tak mungkin disatukan
Mulai ada beberapa kawan
begitu heran
Bahkan terasa begitu
keras melawan
Aku bagai ikan terbang
Berada dalam ke-tidakmungkin-an,
(di mata mereka para korban dogma turunan)
Aku tampaknya sudah
cukup membawa identitas
Yang mereka lihat melalui
satu lensa perspektif
Yang diterjemahkan menjadi
potret KESESATAN
Hati ku begitu damai
menyikapi seraya berkata:
“kesesatan ini begitu me-manusia-kan
Memberi udara segar dengan sepoi perdamaian
Bukankah ini indikator Surga?
Yang dikejar melebihi ke-ikhlas-an
Dan menjadi alasan atas semua tindakan”
Lalu marah ku terbunuh
oleh ilmu yang tak pernah ku suruh
Dengki ku terkubur oleh –isme
yang benar-benar jujur”
Kini ku mengerti mengapa
Islam hadir dan akan kembali terasing
Karena yang terasing
yang akan tetap mengenal tidak hanya dirinya
Tetap berdiri dan
melangkah di tengah,
meski kanan dan kirinya
mencoba membuatnya terombang-ambing
menyeretnya untuk rela menyerah
Ramdan Nugraha
14 Agustus, 2015
No comments:
Post a Comment