kawan-kawanku sudah saling ber-"akhi" "ukhti"
berlomba melaporkan jumlah ayat yang dibaca setiap hari
di media-media yang diciptakan oleh kaum yang sangat mereka benci
PARADOKS SEKALI!
lantas pengutukan sesat dan kafir mudah terjadi seperti praktik air mani
dari mereka yang melegitimasi birahi dengan poligami
dari mulut mereka yang biasa bertakbir setiap hari
mereka menggila dengan foto profil kitab yang dibaca sambil tersenyum centil nan ria
apakah ini semua tanda-tanda?
aku tidak benci atau geli
aku hanya tidak tertarik menjadi mereka yang kebanyakan
nasihat dan praktik mereka adalah kontradiksi
aku tetap dengan diriku
yang tidak harus menyamakan diri atau membaiat
untuk mampu menterjemahkan Muhammad dan Pencipta
Alhamdulillah wasshalatuwassalaamu'ala rasulillah...
“Tidak ada kekayaan yang lebih berguna daripada akal dan tidak ada kemiskinan yang lebih berbahaya daripada kebodohan” – Ali bin Abi Thalib
Friday, 29 January 2016
Allah dan Hak Prerogatif-Nya
Oleh: Ramdan Nugraha
Aku masih meyakini kebaikan Allah selalu lebih dari apa yang aku pikirkan sebagai hamba-Nya
Meski ribuan ulama mengklaim takdir Allah diatas segalanya, dan manusia hanyalah makhluk yang telah ditentukan segalanya
Ada yang pernah berkata, bila manusia itu telah ditakdirkan di neraka,
maka amalan-amalan mereka akan didekatkan pada murka,
sebaliknya bila mereka diciptakan sebagai ahli surga,
maka amalan-amalan mereka akan didekatkan pada berkah
Benarkah?
Apakah tak ada cahaya al-kitab yang dibacanya setiap saat?
lantas mengklaim sesamanya di surga atau neraka?
Bukankah Allah pada banyak firman-Nya memberi kita kata kunci?
bila ingin menjadi manusia yang dekat dengan-Nya,
maka percaya pada keberadaan-Nya, hari akhir, dan beramal shalihlah!
agama yang disertakan dengan kebencian adalah antithesis dari agama itu sendiri,
dan memonopoli surga adalah penentangan tertinggi atas Al-Qur'an dan kitab-kitab sebelumnya,
dan jangan sesekali mengkudeta prerogatif Allah sebagai Sang Pencipta!
berlombalah untuk menjadi manusia, tidak berlomba dalam memonopoli Surga!
Aku masih meyakini kebaikan Allah selalu lebih dari apa yang aku pikirkan sebagai hamba-Nya
Meski ribuan ulama mengklaim takdir Allah diatas segalanya, dan manusia hanyalah makhluk yang telah ditentukan segalanya
Ada yang pernah berkata, bila manusia itu telah ditakdirkan di neraka,
maka amalan-amalan mereka akan didekatkan pada murka,
sebaliknya bila mereka diciptakan sebagai ahli surga,
maka amalan-amalan mereka akan didekatkan pada berkah
Benarkah?
Apakah tak ada cahaya al-kitab yang dibacanya setiap saat?
lantas mengklaim sesamanya di surga atau neraka?
Bukankah Allah pada banyak firman-Nya memberi kita kata kunci?
bila ingin menjadi manusia yang dekat dengan-Nya,
maka percaya pada keberadaan-Nya, hari akhir, dan beramal shalihlah!
agama yang disertakan dengan kebencian adalah antithesis dari agama itu sendiri,
dan memonopoli surga adalah penentangan tertinggi atas Al-Qur'an dan kitab-kitab sebelumnya,
dan jangan sesekali mengkudeta prerogatif Allah sebagai Sang Pencipta!
berlombalah untuk menjadi manusia, tidak berlomba dalam memonopoli Surga!
Friday, 15 January 2016
DISKUSI BARENG AKTIFIS IDEOLOGIS YANG IDEALIS (REFLEKSI)
Oleh: Ramdan Nugraha
Meski hanya sekitar satu jam berdiskusi
dengan salah seorang aktifis ideologis angkatan 98 yang masih konsisten dengan
karakternya yang sangat progresif, dinamis, berkemajuan, serta hal menakjubkan
lainnya yang rasanya seperti meminta kambing untuk terbang bila kita mencari
sosok seperti ini dikalangan aktifis mahasiswa kontemporer sekarang. Saya merasa
ada banyak sekali poin penting yang muncul dari dialektika yang sangat
bergairah dan berkualitas ini hingga membawa saya melihat cerminan sosok aktifis
60 yang sangat fenomenal bernama Soe Hok Gie.
Awalnya saya membuka diskusi
dengan bertanya seputar bom Sarinah Jakarta (Kamis, 14 Januari 2016) yang cukup
merusak fasilitas dan mengkhianati kemanusiaan itu yang kabarnya sampai
terngiang di Amerika dan Eropa. Ada dua spekulasi yang muncul, pertama, bahwa
bom tersebut adalah bentuk kampanye dari salah seorang calon pemimpin Ikatan
Sesama Intelejen Sakit (baca: ISIS) untuk kawasan Asia Tenggara. Ketika kejadian
bom Sarinah ini menyita perhatian banyak pihak, maka kampanye pemilihan
Khalifah itu diniliai berhasil dan memberi poin tertentu bagi kandidiat
tersebut untuk memenangkan kompetisi hina khalifah. Begitulah kebanggaan
golongan manusia yang pernah dikeluhkan oleh para malaikat dulu tentang
pengangkatannya sebagai pemimpin di muka bumi (konon).
Spekulasi kedua adalah adanya
elite lokal yang berkepentingan dengan mencuci otak para pemuda yang mungkin
lapar atau ingin 70 bidadari surga yang entah ada atau hanya sebagai pengantar
tidur dewasa, untuk mau meledakkan bom disekitar halaman Starbuck yang penuh
dengan penjual kaki lima. Ada hal yang unik bahwa tidak lama setelah ledakan,
ada seorang polisi yang langsung melancarkan tembakan ke arah lokasi ledakan
dengan memburu para pemuda galau yang belum meledakkan diri itu. Entah kebetulan
sudah siaga atau seperti apa, yang pasti itu adalah tindakan tercepat
kepolisian.
Saya rasa semua spekulasi yang
muncul, bila memang ini semua adalah bagian kecil dari konspirasi jahat yang
raksasa, maka tidak usah kita berharap banyak karena “kebenaran itu hanya ada
di langit dan dunia itu adalah palsu, palsu!” begitulah kata Gie
sebagai seorang aktifis ideologis yang idealis saat ia menghadapi chaos negara pada zamannya. Lantas saya
bingung dengan semua ini, untuk apa? Untuk siapa? Tentunya banyak sekali aspek
yang mempengaruhi semua ini. Saya garis bawahi kata si abang semua ini adalah
konsekwensi keberagaman yang dimiliki Indonesia sebagai negara yang sumber daya
alamnya paling potensial di dunia ini, sehingga bukanlah hal yang tabu bila
pihak baik lokal maupun global sangat berkepentingan demi surga dunia ini, dan
politik konspirasi adalah metode yang ampuh untuk bisa mewujudkan cita-cita
mereka yang fana itu.
Lantas, solusi real apa yang bisa dilakukan? Saya tanya
si abang. Dengan gayanya yang sangat
retoris dia berkata,“kesadaran masyarakat untuk bisa menjadi manusia baik”
seperti masyarakat Eropa dan Amerika saat ini. Meski negara-negara Barat
berdiri dengan konstruksi falsafah kenegaraan yang berbeda-beda bahkan sangat
terdengar ngeri bagi kita semacam komunis, sosialis, fasis, namun mereka mampu
menjadi bangsa yang makmur dan aman seperti yang dicita-citakan Hizbut Tahrir. Artinya,
apapun konstruksi bangunan negara ini, hal paling esensial adalah
cocok-tidaknya konstruksi itu dengan realita dan karakter masyarakat suatu
negara tersebut.
Hizbut Tahrir menyebut
ke-khilafah-an adalah konstruksi bangunan sempurna yang akan menyelesaikan
semua masalah Indonesia, saya rasa untuk masalah kemacetan Jakarta saja masih
akan kalah hebat oleh Go-Jek meski tanpa embel-embel
syariah (baca: Go-Jek Syariah). Tidak
akan pernah ada konstruksi bangunan negara yang abadi, namun lebih kepada
kebutuhannya masing-masing berdasarkan perkembangan masyarakatnya. Masyarakat
bukanlah Tuhan, namun tanpa masyarakat negara tidak akan memiliki tempat
meretaskan aturan-aturannya termasuk keberadaan agama di dalamnya.
Maka “sadar untuk menjadi
manusia baik” itu adalah tugas yang sangat besar mungkin melebihi Uhud atau
Khandak, dan sudah jelas akan terjadi banyak kehinaan sejarah semacam Shiffin
atau perang Salib. Hari ini Tuhan telah menunggu masa dimana cipataan-Nya mampu
dewasa dan menjadi manusia dengan nilai hakiki dan siap merepresentasikan
penciptanya.
Thursday, 7 January 2016
KONTEMPLASI (sebelum aksi)
Oleh: Ramdan Nugraha
Bacalah sejarah di
musium-musium
Meski banyak
rekonstruksi yang tak tepat
Bahkan palsu sama sekali
Membawa mu untuk kagum
Lalu benci dikemudian
hari
Renungkanlah agama di
puncak gunung
Atau goa-goa yang hening
dan menyendiri
Meski kebencian tetap
memisahkan kalam Tuhan menjadi berantakan
Lalu membuat mu skeptis
namun tetap rindu
lalu tak jelas kepada
apa rindu itu kau tuju
lantas apa setelah itu?
Bukalah mata mu diantara
dogma ortodok
bakarlah mistisme-mistismenya
lalu rangkai kembali serpihan
logikanya
Maka kau harus siap
dihadang kelumrahan
Disiksa keniscayaan
Atas dosa besarmu
menjadi seorang rasionalis
Tuhan ingin meyakinkan diri-Nya
tentang mu
Bahwa kau tetap
perjuangkan kebenaran dengan cara mu
Yang asing dan terkutuk
itu
Tuesday, 5 January 2016
Tuhan, bolehkah?
Oleh: Ramdan Nugraha
Tuhan,
Mengapa harus ada
manusia-manusia laknat yang membunuh untuk kekuasaan?
Mengapa harus ada
manusia-manusia ria yang tak pernah lelah mempertontonkan keshalihan pada
dunia?
Mengapa harus ada
manusia-manusia dungu yang saling memberangus demi mempertahankan fanatisme
dalam perbedaan?
Lantas mengapa pula
Engkau tugaskan Adam hingga Muhammad yang ajarannya tak mampu dicerna
kebanyakan manusia yang mengaku sebagai pengikutnya?
Dan mengapa Kau ridhoi
agama tersebar oleh para Rasul-Mu di seluruh muka bumi yang indah ini,
Namun menjadi alasan
bagi para pengikutnya untuk saling menghancurkan?
Aku ingin sekali
berdiskusi dengan-Mu seperti Musa,
Aku muak dengan hampir
semua pemeluk agama,
Mereka tak bisa berhenti
bertikai, membunuh, menganiaya!
Sedikit sekali agamawan
yang alim dan berhati tulus
Namun mereka pun diam
mungkin karena muak yang teramat sangat
Aku ingin nilai agama
dibawa kembali oleh aktor bumi yang Kau pilih hari ini,
Sehingga tak ada bias
dalam meriwayatkan nasihat dan kalam yang Kau turunkan dulu
Terbesit tentang nilai
kehidupan universal bernama KEMANUSIAAN,
Bolehkah kujadikan nilai
itu sebagai agama baru?
Saking muaknya dengan
para pengikut agama lama!
Subscribe to:
Posts (Atom)