Saturday 11 October 2014

Hidup Diantara Para Munafik “kaffah”

Oleh: Ramdan Nugraha


Gunung!
Bisakah kau hidup membunuh rugi lalu memberi untung?
Laut!
Bisakah kau bangkit membawakan para munafik kenyataan akan maut?
Aku muak berada di tengah para negarawan korup!
Bersama nilai-nilai agama yang semakin redup
Aku jijik berada di tengah para akademisi penjilat
Di sulap menjadi religius sekejap untuk mengendus pantat!
Pantat-pantat atasan mereka dengan cara laknat!

Bintang!
Bisakah kau menjelma sebagai ilmuwan mematahkan teori kapitalis pincang?
Dan mentari, oh mentari, bila saja kau bisa hidup!
Menjadi ulama yang tidak masuk pesantren pagi kemudian lulus esok hari!
Namun menjadi agamawan implementatif, tidak naif!

Aku bertemu penghafal tujuh ayat Al-Qur’an kemudian merasa cukup menjadi da’i
Aku bertemu ahli bahasa dengan bacaan buku-buku adopsi sebagai bukti,
Lalu merasa cukup dengan sebutir “kognisi” mendapati dunia sebagai jastifikasi!

Wahai Maha Pengatur metronom jantung,
dengan detaknya yang teratur seperti notasi pada partitur
Aku ingin memohon untuk menjadi “sehat”
Dan biarkan dunia mendefinisikan ku sebagai seorang moderat

Mereka berteriak Islam harus kaffah,
sedang anak-anak dan istrinya saja masih jauh mengenal syari’ah
Islam buming dikampus lalu banyak istilah Arab
lalu ber-“muamalah”  dengan cara biadab
Adakah yang belum membaca sejarah Arab hadir tanpa adab?
Kemudian Rasulullah mendidik untuk beradab!
Lantas kenapa bila ingin Islam harus menjadi Arab?

Ku rasa kiamat nanti adalah hari terbaik yang dijanjikan!
Dimana tak akan kutemui lagi ahli-ahli “gibah” yang “kaffah”!
Ulama beristri tiga dengan intensi biologis atas dasar ayat yang tidak dipahami sempurna!
Haaaaaahhhhh, sudah lah! Lelah! Berada ditengah para munafik  “kaffah”