Friday 11 March 2016

GEJALA LATEN PRIMITIFISME





Saya persilahkan anda semua membaca dulu tulisan pada gambar di atas. Apakah anda sering melihat MANUSIA jenis seperti ini? Tidak butuh waktu bahkan satu detikpun untuk menjawab pertanyaan semacam itu. Jawabannya jelas BUANYAKKK! Indonesia kini mengalami krisis kepercayaan yang memang boleh kita akui berasal dari kinerja pengelola pemerintahan yang masih jauh dari cukup dalam melaksanakan kewajibannya. Namun apakah gejala ini harus memfosil dan membuat seluruh paradigma dan pemikiran masyarakat Indonesia membeku dalam kecurigaan, kekhawatiran akut, kekecewaan abadi, atau kebencian yang tidak berkesudahan? Saya rasa keadaan tidak harus menjadi se-NAIF itu karena masih banyak sekali orang atau kelompok yang juga ingin membawa perbaikan terhadap negara tercinta ini (kecuali memang kelompok yang bahkan tak pernah mengakui PANCASILA sebagai falsafah negara).
Foto diatas membahas terkait pidato Presiden Jokowi dalam Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Konferensi Islam (KTT LB OKI) belum lama ini di Jakarta, memberi respon terkait pembebasan Palestina dari penjajahan Israel yang jelas merupakan itikad baik. Namun hati manusia tidak semua bersih, kadarnya berbeda-beda, dan mungkin orang pada gambar diatas sudah termasuk gelap dan berangin topan (personal-claim karena bentuk kekecewaan terhadap gerakan buruk sangka ini), sehingga lilin apapun yang dinyalakan akan tetap padam. 
Jelas sekali gejala ini lebih berbahaya dibanding pembunuhan, korupsi, atau kejahatan lainnya. Karena dari gejala mental semacam ini, hal apapun, meskipun itu salah akan menjadi benar demi mewujudkan monolitik faham sebuah gerakan, termasuk pada akhirnya adalah pemberontakan fisik. Lihat saja pernyataan pengkultus salah satu kelompok diatas melakukan nyinyir kepada seorang kepala negara yaitu Presiden yang tampak dimatanya tidak lebih dari seorang pengecut yang tidak mampu berjuang. Masya Allah, mungkin inilah bentuk arogansi termulya dalam sejarah. Mari kita bahas sedikit saja dengan gaya monolog yang santai dan membumi. Karena berhubungan dengan gerakan ini, rasanya berdialektika dengan bahasa langit hanya akan membawa anda jatuh pada kubangan kebodohan karena tidak tersambungnya koneksi ide dan pemahaman satu sama lain.
Sejauh buku-buku yang telah banyak diterbitkan, juga penelitian ilmiah tentang sejarah Indonesia, kelompok-kelompok yang punya sumbangsih besar terhadap bangsa Indonesia bahkan juga menjadi founding father negara ini adalah mereka yang secara garis besar menerima Pancasila meski ada sedikit perdebatan pada sila ke-satu yang kemudian dijembatani oleh Ki Bagus Hadikusuma sebagai salah satu cendikiawan muslim dari Persyarikatan Muhammadiyah yang akhirnya menjadi sangat representatif untuk semua golongan agama dan etnis di Indonesia. Dari situ, perkara Pancasila sudah mencair dan menjadi pijakan bersama untuk membangun negara ini.
 Ada Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, PERSIS, Al-Irsyad, dan kelompok-kelompok lainnya yang secara masif berjuang baik fisik maupun pemikiran hingga bangsa ini mendapatkan kemerdekaannya. Nah sekarang silahkan lihat lagi foto diatas, seorang anggota dari kelompok yang tidak ada sumbangsihnya sama sekali untuk bangsa ini begitu mudahnya melakukan “kritik” yang tidak konstruktif sama sekali. Saya berhipotesa orang ini baru mengenal Islam pada tataran CANGKANG yang kemudian menjadi semacam baptis untuk berdakwah atas nama keterbelakangan. Mungkin masa kecilnya jauh dari nilai agama yang otentik, sehingga bermualaf dan di saksikan oleh Syaikh Al-Google dan diberi banyak masukan oleh Buya FACEBOOK serta Cak YOUTUBE setiap hari tanpa filter yang baik sehingga membawa kedangkalan yang hakiki.
Inilah bentuk warga negara yang tidak pernah berjuang namun mungkin merasa telah memiliki Surga dengan bayangan 70-an bidadarinya. Saya harap ini menjadi semacam refleksi untuk kita yang masih bisa ber-husnudzan agar mampu melihat segala masalah sebagai ajang mencari solusi, bukan ajang mem-bully dan mencaci maki mereka yang sebenarnya mungkin jauh lebih bernilai dibanding kita yang tidak memberi pengaruh apapun dalam dinamika perdaban manusia. Dilahirkan dengan keadaan apapun itu bukan pilihan, namun mati menjadi orang bodoh, apatis, atau bermanfaat itu adalah sebuah pilihan dan menjadi konsekwensi atas sebuah proses yang penuh dengan perjuangan. Berhentilah menghina dan nyinyir kepada Presiden atau siapapun, namun berpikirlah untuk mampu bertindak lebih konstruktif demi kemaslahatan bangsa dan negara ini!

Sudah sedemikian kotorkah hati anda sehingga niat kebaikan apapun dari orang yang mungkin anda benci itu menjadi sesuatu yang tidak mungkin terjadi? bila ia, mari bersihkan hati bersama-sama dalam harmoni, bukan dalam bangunan emosi yang abadi

Ramdan Nugraha #nasionalis #Islam-with-NKRI

No comments: